BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk
samping pertanian yang cukup banyak dan tersedia sepanjang tahun. Namun,
pemanfatan produk samping pertanian tersebut untuk bahan pakan ternak
ruminansia belum optimal. Penyebabnya adalah kurang disukai ternak dan kualitas gizinya rendah, sementara
pakan hijauan lain masih banyak tersedia terutama dari vegetasi alami. Namun
demikian pada musim kemarau, ketersediaan vegetasi alami makin berkurang
sehingga perlu diupayakan pemanfaatan sumber pakan lain seperti produk samping
pertanian.
Ketersediaan pakan sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak
bagi kelangsungan usaha peternakan. Biaya untuk menyediakan pakan ini menempati
porsi terbesar dalam biaya produksi, mencapai 60-80%. Besarnya biaya tersebut
ditentukan oleh jenis dan bangsa ternak yang dikembangkan. Biaya pakan yang
semakin mahal perlu disiasati dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif
bergizi tinggi atau menyediakan alsin untuk meramu pakan sehingga harga pakan
lebih murah. Pengadaan pakan ruminansia pada musim kemarau tampaknya tidak lagi
menjadi masalah yang serius. Dengan cara yang sederhana, jerami yang semula
merupakan pakan berkualitas rendah, dapat diubah menjadi pakan bergizi tinggi.
Jerami padi merupakan salah satu produk samping pertanian
yang tersedia cukup melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang
berkualitas rendah, karena kandungan protein kasarnya rendah sementara
kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan
terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pakan secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia.
1.2. Tujuan
1.
Meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam pembuatan fermentasi jerami padi.
2.
Mengaplikasikan
untuk melihat palatabilitas ternak sapi potong dalam mengkonsumsi fermentasi
jerami padi.
3.
Sebagai
ilmu bagi mahasiswa yang berlatar belakang penyuluh peternakan untuk diaplikasikan
kepada petani di daerah.
BAB II. MATERI DAN METODE
2.1. Alat dan Bahan
Alat
dan Bahan :
1. Jerami
padi 5 kg
2. Tetes/molasses
0,7 liter
3. Air
1,5 liter
4. Superphosphat
1 sendok teh
5. Amoniumsulfat
10 gram
6. Timbangan
7. Pisau
8. Ember
9. Sendok
10. Kantong
plastik
11. Tali
rapia
2.2. Cara Kerja
1.
Timbang jerami padi sebanyak 5 kg kemudian
dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm.
2.
Larutkan tetes sebanyak 0,75 liter
dengan air sebanyak 1,5 liter, aduk sampai homogen dan tambahkan 1 sendok teh
superphospat dan 10 gram amonium sulfat aduk hingga rata.
3.
Siram larutan tersebut pada jerami padi sambil
dibolak balik biar rata dan tercampur semua.
4.
Jerami padi yang telah bercampur larutan
dimasukan kedalam kantung plastik dan diikat kemudian disimpan selama 24 jam
(sehari-semalam)
5.
setalah 24 jam ikatan plastik dibuka,
dan jerami padi dikeluarkan kemudian diangin-angin kurang lebih 30 menit.
6.
Hasil fermentasi jerami padi siap
diberikan pada ternak.
BAB III.
PEMBAHASAN
Fermentasi dan amoniasi jerami dimaksudkan agar kualitas
biomassa/jerami padi meningkat dan dapat disimpan lebih lama (Deptan, tt).
Pembuatan fermentasi jerami padi dilakukan secara tertutup selama lebih kurang 24
jam. Dari hasil praktikum fermentasi jerami padi yang kemudian diberikan kepada
ternak sapi potong yang terdapat di STPP Malang menunjukkan bahwa sapi sangat
menyukai fermentasi jerami padi tersebut, terlihat sapi sangat lahap
memakannya. Ini menunjukkan bahwa praktikum fermentasi jerami padi yang
dilakukan oleh mahasiswa berhasil.
Nilai gizi fermentasi jerami padi dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel
1. Nilai gizi jerami padi fermentasi dan tanpa fermentasi (%/bahan kering)
Parameter
|
Jerami padi
|
|
tanpa fermentasi
|
fermentasi
|
|
Protein
Serat
detergen netral (NDF)
Daya
cerna NDF
|
3,5
80
28-30
|
7,0
77
50-55
|
Sumber:
Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dalam Deptan (tt).
Jerami
padi yang telah difermentasi memiliki penampakan warna kecoklat-coklatan dan
tekstur lebih lunak. Kandungan zat gizinya juga lebih tinggi dibanding jerami
tanpa fermentasi (Tabel 1), serta lebih disukai ternak.
Pemeliharaan sapi perah dengan
memanfaatkan jerami padi fermentasi dan dedak padi sebagai pakan memberikan
keuntungan sekitar Rp.11.000/ekor/hari dari penjualan susunya saja. Dengan teknologi
ini, seekor sapi perah yang memproduksi susu 8-10 liter/hari hanya memerlukan
biaya pakan senilai penjualan 3 liter susu. Pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai
ransum dasar untuk sapi potong telah banyak diaplikasikan dan cukup
menjanjikan (B. Haryanto didalam Deptan,
tt).
Oleh karena itu jerami padi sangat
penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia
khusususnya sapi potong, kambing dan domba. Hanya saja jerami padi mutunya
rendah, dimana jerami padi mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi sedangkan
kadar protein dan daya cernanya rendah (Sumbar, tt).
Berdasarkan penelitian Purbowati,
dkk (2005) didalam Undip (tt), konsentrat diberikan sebanyak 70% dari kebutuhan BK, sedangkan jerami padi
fermentasi dan air minum diberikan secara ad libitum terdapat pada tabel 2.
Tabel
2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
Penelitian
Bahan
Pakan
|
BK
|
Kandungan
Nutrisi dalam 100% BK
|
||||
|
PK
|
Abu
|
SK
|
LK
|
BETN
|
|
--------------------------------(%)----------------------------
|
||||||
Jerami
padi fermentasi a
|
85,56
|
11,51
|
36,26
|
34,27
|
1,27
|
16,59
|
Jerami
padi fermentasi b
|
87,45
|
6,01
|
11,69
|
29,63
|
1,34
|
51,33
|
Konsentrat
|
89,97
|
14,41
|
17,72
|
17,48
|
8,19
|
42,20
|
aJerami
padi dari Ambarawa untuk pakan selama 5 minggu pertama pada periode perlakuan
bJerami
padi dari Kendal untuk pakan selama 5 minggu terakhir periode perlakuan
Syamsu (2006) menyatakan bahwa penggunaan starter mikroba
menurunkan kadar dinding sel (NDF) jerami padi dari 73,41% menjadi 66,14%.
Dengan demikian dapat diduga bahwa selama fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa
dan hemiselulosa jerami padi. Mikroba lignolitik dalam starter mikroba membantu perombakan ikatan
lignoselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut
oleh enzim lignase. Fenomena ini terlihat dengan menurunnya kandungan selulosa
dan lignin jerami padi yang difermentasi. Menurunnya kadar lignin menunjukkan
selama fermentasi terjadi penguraian ikatan lignin dan hemiselulosa. Lignin merupakan benteng
pelindung fisik yang menghambat daya cerna enzim terhadap jaringan tanaman dan
lignin berikatan erat dengan hemiselulosa. Dilain pihak, dengan menurunnya
kadar NDF menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga
pakan akan menjadi lebih mudah dicerna oleh ternak.
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian
tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.
Limbah pertanian berupa jerami padi sangatlah potensial bila dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak ruminansia.
2.
Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak perlu
dilakukan pengolahan yang tepat guna berupa bioteknologi melalui fermentasi.
3. Penggolahan jerami padi secara bioteknologi melalui
fermentasi memiliki keunggulan antara lain bahan pakan (jerami) yang
difermentasi memiliki kandungan nutrisi yang dihasilkan lebih tinggi dibanding
tanpa fermentasi (meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar) dan memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai
ternak.
4.2. Saran
Pemanfaatan
jerami padi melalui fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi
jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan
persoalan mengenai pakan saat musim kemarau, sehingga cara ini harus di
sosialisasikan pada masyarakat
khususnya peternak dan petani yang umumnya memiliki pengetahuan yang rendah
tentang fermentasi jerami.
DAFTAR PUSTAKA
Sumbar.
tt. Fermentasi Jerami Untuk Pakan ternak Sapi, Info Teknologi. http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=192:fermentasi-jerami-untuk-pakan-sapi&catid=1:info-teknologi
Syamsu.J.A. 2006. Kajian Penggunaan
Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber Pakan Pada
Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. Disampaikan dalam Seminar Nasional
Bioteknologi. Puslit Bioteknologi LIPI: Bogor.
Undip. tt. Artikel Aini
2005, Dr. Ir. Endang Purbowati, MP. http://eprints.undip.ac.id
/915/1/Artikel_AINI_2005_Dr._Ir._Endang_Purbowati,_MP._.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar