Sabtu, 11 Agustus 2012

Laporan Praktikum Fermentasi Jerami Padi


BAB I. PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk samping pertanian yang cukup banyak dan tersedia sepanjang tahun. Namun, pemanfatan produk samping pertanian tersebut untuk bahan pakan ternak ruminansia belum optimal. Penyebabnya adalah kurang disukai  ternak dan kualitas gizinya rendah, sementara pakan hijauan lain masih banyak tersedia terutama dari vegetasi alami. Namun demikian pada musim kemarau, ketersediaan vegetasi alami makin berkurang sehingga perlu diupayakan pemanfaatan sumber pakan lain seperti produk samping pertanian.
Ketersediaan pakan sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak bagi kelangsungan usaha peternakan. Biaya untuk menyediakan pakan ini menempati porsi terbesar dalam biaya produksi, mencapai 60-80%. Besarnya biaya tersebut ditentukan oleh jenis dan bangsa ternak yang dikembangkan. Biaya pakan yang semakin mahal perlu disiasati dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif bergizi tinggi atau menyediakan alsin untuk meramu pakan sehingga harga pakan lebih murah. Pengadaan pakan ruminansia pada musim kemarau tampaknya tidak lagi menjadi masalah yang serius. Dengan cara yang sederhana, jerami yang semula merupakan pakan berkualitas rendah, dapat diubah menjadi pakan bergizi tinggi.
Jerami padi merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia cukup melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah, karena kandungan protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia.

1.2.    Tujuan
1.    Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam pembuatan fermentasi jerami padi.
2.    Mengaplikasikan untuk melihat palatabilitas ternak sapi potong dalam mengkonsumsi fermentasi jerami padi.
3.    Sebagai ilmu bagi mahasiswa yang berlatar belakang penyuluh peternakan untuk diaplikasikan kepada petani di daerah.

BAB II. MATERI DAN METODE

2.1.   Alat dan Bahan
Alat dan Bahan :
1.    Jerami padi 5 kg
2.    Tetes/molasses 0,7 liter
3.    Air 1,5 liter
4.    Superphosphat 1 sendok teh
5.    Amoniumsulfat 10 gram
6.    Timbangan
7.    Pisau
8.    Ember
9.    Sendok
10.  Kantong plastik
11.  Tali rapia

2.2.   Cara Kerja
1.   Timbang jerami padi sebanyak 5 kg kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm.
2.   Larutkan tetes sebanyak 0,75 liter dengan air sebanyak 1,5 liter, aduk sampai homogen dan tambahkan 1 sendok teh superphospat dan 10 gram amonium sulfat aduk hingga rata.
3.   Siram larutan tersebut pada jerami padi sambil dibolak balik biar rata dan tercampur semua.
4.   Jerami padi yang telah bercampur larutan dimasukan kedalam kantung plastik dan diikat kemudian disimpan selama 24 jam (sehari-semalam)
5.   setalah 24 jam ikatan plastik dibuka, dan jerami padi dikeluarkan kemudian diangin-angin kurang lebih 30 menit.
6.   Hasil fermentasi jerami padi siap diberikan pada ternak.






BAB III. PEMBAHASAN

Fermentasi dan amoniasi jerami dimaksudkan agar kualitas biomassa/jerami padi meningkat dan dapat disimpan lebih lama (Deptan, tt). Pembuatan fermentasi jerami padi dilakukan secara tertutup selama lebih kurang 24 jam. Dari hasil praktikum fermentasi jerami padi yang kemudian diberikan kepada ternak sapi potong yang terdapat di STPP Malang menunjukkan bahwa sapi sangat menyukai fermentasi jerami padi tersebut, terlihat sapi sangat lahap memakannya. Ini menunjukkan bahwa praktikum fermentasi jerami padi yang dilakukan oleh mahasiswa berhasil.
Nilai gizi fermentasi jerami padi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai gizi jerami padi fermentasi dan tanpa fermentasi (%/bahan kering)
Parameter

Jerami padi
tanpa fermentasi
fermentasi
Protein
Serat detergen netral (NDF)
Daya cerna NDF
3,5
80
28-30
7,0
77
50-55
Sumber: Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dalam Deptan (tt).
Jerami padi yang telah difermentasi memiliki penampakan warna kecoklat-coklatan dan tekstur lebih lunak. Kandungan zat gizinya juga lebih tinggi dibanding jerami tanpa fermentasi (Tabel 1), serta lebih disukai ternak.
            Pemeliharaan sapi perah dengan memanfaatkan jerami padi fermentasi dan dedak padi sebagai pakan memberikan keuntungan sekitar Rp.11.000/ekor/hari dari penjualan susunya saja. Dengan teknologi ini, seekor sapi perah yang memproduksi susu 8-10 liter/hari hanya memerlukan biaya pakan senilai penjualan 3 liter susu. Pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai ransum dasar untuk sapi potong telah banyak diaplikasikan dan cukup menjanjikan  (B. Haryanto didalam Deptan, tt).
            Oleh karena itu jerami padi sangat penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khusususnya sapi potong, kambing dan domba. Hanya saja jerami padi mutunya rendah, dimana jerami padi mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi sedangkan kadar protein dan daya cernanya rendah (Sumbar, tt).
            Berdasarkan penelitian Purbowati, dkk (2005) didalam Undip (tt), konsentrat diberikan sebanyak 70%  dari kebutuhan BK, sedangkan jerami padi fermentasi dan air minum diberikan secara ad libitum terdapat pada tabel 2.

Tabel 2.  Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian
Bahan Pakan
BK
Kandungan Nutrisi dalam 100% BK

PK
Abu
SK
LK
BETN
--------------------------------(%)----------------------------
Jerami padi fermentasi a
85,56
11,51
36,26
34,27
1,27
16,59
Jerami padi fermentasi b
87,45
6,01
11,69
29,63
1,34
51,33
  Konsentrat
89,97
14,41
17,72
17,48
8,19
42,20
aJerami padi dari Ambarawa untuk pakan selama 5 minggu pertama pada periode perlakuan
bJerami padi dari Kendal untuk pakan selama 5 minggu terakhir periode perlakuan

Syamsu (2006) menyatakan bahwa penggunaan starter mikroba menurunkan kadar dinding sel (NDF) jerami padi dari 73,41% menjadi 66,14%. Dengan demikian dapat diduga bahwa selama fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa jerami padi. Mikroba lignolitik dalam starter mikroba membantu perombakan ikatan lignoselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim lignase. Fenomena ini terlihat dengan menurunnya kandungan selulosa dan lignin jerami padi yang difermentasi. Menurunnya kadar lignin menunjukkan selama fermentasi terjadi penguraian ikatan lignin dan hemiselulosa. Lignin merupakan benteng pelindung fisik yang menghambat daya cerna enzim terhadap jaringan tanaman dan lignin berikatan erat dengan hemiselulosa. Dilain pihak, dengan menurunnya kadar NDF menunjukkan telah terjadi pemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan menjadi lebih mudah dicerna oleh ternak.

 
BAB IV. PENUTUP


4.1.  Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.    Limbah pertanian berupa jerami padi sangatlah potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia.
2.    Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak perlu dilakukan pengolahan yang tepat guna berupa bioteknologi melalui fermentasi.
3.     Penggolahan jerami padi secara bioteknologi melalui fermentasi memiliki keunggulan antara lain bahan pakan (jerami) yang difermentasi memiliki kandungan nutrisi yang dihasilkan lebih tinggi dibanding tanpa fermentasi (meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar) dan memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak.

4.2Saran
Pemanfaatan jerami padi melalui fermentasi sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan mengenai pakan saat musim kemarau, sehingga cara ini harus di sosialisasikan pada masyarakat khususnya peternak dan petani yang umumnya memiliki pengetahuan yang rendah tentang fermentasi jerami.

 
 
DAFTAR PUSTAKA




Syamsu.J.A. 2006. Kajian Penggunaan Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber Pakan Pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. Disampaikan dalam Seminar Nasional Bioteknologi. Puslit Bioteknologi LIPI: Bogor.

Undip. tt. Artikel Aini 2005, Dr. Ir. Endang Purbowati, MP. http://eprints.undip.ac.id /915/1/Artikel_AINI_2005_Dr._Ir._Endang_Purbowati,_MP._.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar