Sabtu, 25 Agustus 2012

Laporan Praktikum Bio-Urine


BAB I. PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang

Kebutuhan akan bahan pangan terus juga meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Dengan kemajuan teknologi beberapa produksi pertanian masih dapat ditingkatkan melalui upaya intensifikasi pertanian. Upaya intensifikasi ini juga akhir-akhir mengalami hambatan seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian ( pupuk, pestisida dll).
Dengan adanya krisis ekonomi yang dialami oleh negara kita sampai sekarang, dampak ini juga dirasakan oleh para petani. Dimana daya beli masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga pupuk dan sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan petani tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan produksinya.
Masalah lain dari pupuk buatan yang digunakan selama ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk buatan yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna. Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang diusahakan pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu juga dari efek sarana produksi terhadap lingkungan telah banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk buatan yang terus menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk diolah.
Sistem budidaya secara organik kini telah menampakan hasil yang cukup signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas yang menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik. Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tampa menggunakan media tanah sebagai media tumbuhnya. Sistem hidroponikpun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan awal dan operasinya. Sehingga hidroponikpun kurang berkembang di masyarakat tani. Sistem hidroponik sangat mahal, terutama untuk pemberian nutrisi tanamanannya (70 % biaya produksi digunakan untuk hal ini) . Dilain pihak produksi yang rendah disebabkan beberapa hal, yaitu banyak petani yang belum menerapkan cara budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk yang kurang berimbang, perawatan yang kurang intensif dan salah perhitungan waktu tanam (Affandi. 2008).
Tetapi sekarang dengan telah berkembangnya teknologi fermentasi masalah nutrisi pada sistem budidaya hidroponik telah memberikan harapan baru. Apalagi bahan baku yang digunakan untuk membuat nutrisi juga merupakan limbah dari peternakan, yang selama ini juga sebagai bahan buangan.
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi (Deptan, TT).

 1.2.      Tujuan dan Manfaat
1.   Mempelajari beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi sebagai bio-urine.
2.   Untuk memanfaatkan limbah urine sapi yang telah difermentasi sebagai nutrisi tanaman.
3.   Untuk mengetahui bahan-bahan campuran untuk membuat bio-urine. 
4.   Untuk melihat pengaruh bio-urine sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

 BAB II. MATERI DAN METODE
2.1.   Alat dan Bahan
         Alat:
1. Drum plastik
2. Pisau
3. Penggiling Bumbu
4. Baskom/ember
5. Timbangan
6. Saringan air urine
Bahan:
1. Urine Ternak 200 liter
2.  Empon-Empon (jahe, kunyit, lengkuas, serai, temulawak, kencur, bawang putih) 5% dari air kencing ternak.
3. EM4 400 cc
4. Tetes/molasses 400cc
5. Midec 400cc
6. Enzim isi rumen 4 liter
7. Air sisa cuci beras 20 liter.
8. Daun lamtoro 2,5 kg
9. Daun paitan 2,5 kg
10. Calium Permanganat (KMnO4)
11. Aquades secukupnya.
12. Titanium dioksida (TiO2).
 
2.2.   Cara Kerja
1.   Timbang semua bahan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
2.   Urine ternak dimasukkan kedalam drum plastik
3.   Empon-empon dibersihkan dan digiling sampai halus sambil dicampur dengan air cucian beras.
4.   daun lamtoro dan daun paitan ditumbuk sampai halus (buang tangkai dan seratnya).
5.   Buat larutan Titanium Dioksida (TiO2) dan Kalium Permanganate (KMnO4) yang dicampur dengan air aquades secukupnya. Tuangkan larutan kedalam teng/dirigen sebagai tempat yang dialirkan untuk menghilangkan bau selama fermentasi.
6.   masukkan empon-empon, daun lamtoro dan daun paitan yang sudah digiling halus kedalam tong berisi air urine.
7.   masukkan enzim isi rumen, tetes/molasses, EM4 dan Midec kedalam drum plastik berisi air urine.
8.   Setelah semua bahan bercampur, selanjutnya diaduk sampai rata, kemudian drum plastik ditutup rapat.
 
BAB III. PEMBAHASAN

Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, diantaranya adalah Anty (1987) melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung (Affandi. 2008).
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya
Nitrogen
(%)
Fosfor (%)
Kalium (%)
Air (%)
Kuda –padat
0.55
0.30
0.40
75
Kuda –cair
1.40
0.02
1.60
90
Kerbau –padat
0.60
0.30
0.34
85
Kerbau –cair
1.00
0.15
1.50
92
Sapi –padat
0.40
0.20
0.10
85
Sapi –cair
1.00
0.50
1.50
92
Kambing –padat
0.60
0.30
0.17
60
Kambing –cair
1.50
0.13
1.80
85
Domba –padat
0.75
0.50
0.45
60
Domba –cair
1.35
0.05
2.10
85
Babi – padat
0.95
0.35
0.40
80
Babi –cair
0.40
0.10
0.45
87
Ayam –padat dan cair
1.00
0.80
0.40
55
Sumber : Lingga, 1991 didalam Affandi (2007).
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi anaerob (Affandi, 2007).
Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.

.pH
N
P
K
Ca
Na
Fe
Mn
Zn
Cu
Warna
Bau
Sebelum ferm.
7,2
1,1
0,5
0,9
1,1
0,2
3726
300
101
18
Kuning
Menyengat
Sesudah ferm.
8,7
2,7
2,4
3,8
5,8
7,2
7692
507
624
510
hitam
kurang
Sumber : Pengamatan langsung (2003).
Pupuk cair alami yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah,pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus,wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber pupuk organic (Affandi, 2007).
Proses pembuatan pupuk cair urine sapi
1.    Urine sapi (Bison benasus L) di tampung dan dimasukkna ke dalam drum plastik.




2.    Empon-empon digiling sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkanbau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.




Description: http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/11/1.jpg?w=5703.   Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter EM4 dan Mide, ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba  menguntungkan yang ada didalam tanah.





4.   Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
5.   Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas.
Description: http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/11/sssss.jpg?w=5706.   Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas.





Pada proses fermentasi pembuatan pupuk cair dari urine sapi secara anaerob tersebut  melibatkan bakteri anaerob yaitu bacteri yang tidak dapat menggunakan O2 bebas untuk respirasinya. Energi diperoleh dari proses perombakan senyawa organic yang tanpa menggunakan oksigen. Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob obligat dan anaerob fakultatif. Bakteri fakultatif adalah Organisme anaerobik fakultatif  biasanya bakteri, yang menghasilkan ATP secara respirasi aerobik jika terdapat oksigen tetapi juga mampu melakukan fermentasi. Contohnya Escherichia coli dan Lactobacillus. Bakteri anaerob obligat, hanya dapat hidup jika tidak ada oksigen. Oksigen merupakan racun bagi bacteri anaerob obligat. Contohnya adalah Microccocus denitrificans, Clostridium botulinum, dan Clostridium tetani. (Ahmad, 2012).
Menurut Ahmad (2012), pada fermentasi urin sapi mengandung beberapa jenis mikroorganisme, yaitu:
A. Bakteri Fotosintetik
Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar tumbuh-tumbuhan, bahan organik dan/atau gas-gas berbahaya seperti hidrogen sulfida, dengan dibantu sinar matahari dan panas sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif, dan gula, yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hasil-hasil metabolisme yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus dapat bertambah.
B. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan ragi. Bakteri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik.
C. Ragi
Ragi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik melalui proses fermentasi. Ragi juga menghasilkan senyawa bioaktif seperti hormon dan enzim.
D. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan suatu kelompok mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara dari bakteri dan jamur. Kelompok ini menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan tanaman, tetapi dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama dapat meningkatkan kualitas lingkungan tanah dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
E.   Jamur Fermentasi
Jamur fermentasi seperti Aspergillus dan Penicillium menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester, dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini berfungsi dalam menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga serta ulat-ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.
Setiap jenis mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses fermentasi bahan organik.

 BAB IV. KESIMPULAN

Dengan adanya teknologi Bio-urine dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang nantinya akan membantu petani setempat dalam mengatasi masalah sumber daya pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman pangan.

 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2012. Pupuk organic dari Urine Dengan proses Fermentasi. http://ahmad79.blogdetik.com/2012/01/06/pupuk-organik-dari-urine-sapi-dengan-proses-fermentasi/. [27 Mei 2012].
Affandi. 2007. Pemanfaatan Urine Sapi Yang Difermentasi Sebagai Nutrisi Tanaman. http://affandi21.xanga.com/644038359/pemanfaatan-urine-sapi-yang-difermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman/. [27 Mei 2012].
Deptan. 2011. Pupuk Organik Urine Sapi. http://epetani.deptan.go.id/node/pupuk-organik-urine-sapi-2576. [27 Mei 2012].


















































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar